Guyv7L2vSNhTu9NNIC4AGodmAsDGZpqzql8qRx1N
Bookmark

Kisah Kematian Ibnu Muljam: Riwayat Palsu dan Analisanya

ibnu muljam,abdullah bin muljam,kematian ibnu muljam,kematian abdullah bin muljam,kisan kematian ibnu muljam,kisah kematian abdullah bin muljam,pembunuh ali bin abi thalib,kematian pembunuh ali bin abi thalib,kisah kematian pembunuh ali bin ali thalib,

Kisah kematian Ibnu Muljam adalah salah satu tema penting dalam diskursus sejarah Islam yang sering disalah-pahami. Saya katakan demikian karena semua riwayat sejarah, setidaknya seperti yang saya baca, yang ada dalam berbagai buku-buku sejarah Islam klasik, seperti Târîkhu ath-Thabari karya imam ath-Thabari, al-Bidâyah wa an-Nihâyah karya Ibnu Katsir, al-Kâmil fî at-Târîkh karya Ibnu Atsir dan lain sebagainya menjelaskan bahwa Ibnu Muljam meninggal dunia karena dibunuh. Sebelum dia dibunuh, dia disiksa secara tidak manusiawi oleh keluarga Ali bin Abi Thalib (dia disiksa karena dia telah membunuh Ali bin Abi Thalib).

Tapi, apakah benar demikian?

Artikel ini berisi promosi buku yang harus Anda baca jika Anda ingin paham kisah kematian Ibnu Muljam, motif dan kronologinya, serta kejadian-kejadian penting seputar tema tersebut. Saya akan menjelaskannya di akhir pembahasan dalam artikel ini.

Pada artikel ini, saya akan menjelaskan beberapa hal penting tentang kisah kematian Ibnu Muljam. Tiga hal penting yang saya maksud adalah sebagai berikut:

Siapakah Ibnu Muljam?

Hal penting pertama tentang kisah kematian Ibnu Muljam yang akan saya jelaskan sekarang adalah "siapakah Ibnu Muljam?". Saya ingin Anda memahami itu terlebih dahulu sebelum Anda membaca lebih banyak penjelasan dalam artikel ini karena itu adalah salah satu pertanyaan penting tentang Ibnu Muljam yang harus kita pahami.

Ngomong-ngomong, apakah Anda tahu siapakah Ibnu Muljam yang bernama lengkap Abdurrahman bin Muljam? Ibnu Muljam adalah salah satu orang Khawarij yang selamat dari ganasnya perang Nahrawan. Perang Nahrawan adalah perang yang terjadi di Nahrawan antara pasukan Ali bin Abi Thalib yang masih setia dan pasukan Khawarij.

Pada mulanya, pasukan Khawarij yang terlibat peperangan di Nahrawan adalah pasukan Ali bin Abi Thalib pada waktu perang Shiffin. Mereka membuat keputusan untuk keluar dari barisan pasukan Ali dan berbalik melawan karena mereka menganggap Ali telah membuat keputusan yang salah dengan menerima Tahkim, padahal, menurut mayoritas riwayat sejarah, justru merekalah yang memaksa Ali untuk menerima Tahkim (riwayat lain menjelaskan bahwa Ali menerima Tahkim tanpa ada paksaan dari pasukannya).

Alasan lain mengapa pasukan Kuffah yang merupakan cikal-bakal Khawarij tersebut keluar dari barisan pasukan Ali bin Abi Thalib adalah karena Ali menolak menyerang Syam yang dipimpin Muawiyah bin Abi Sufyan. Penolakan Ali tersebut memang sangat berdasar. Alasannya adalah karena salah satu poin Tahkim (ada 12 poin dalam teks Tahkim) adalah menghentikan peperangan sampai batas waktu yang telah disepakati, sampai bulan Ramadan tahun berikutnya, tahun 38 Hijriah jika dihitung sejak ditulisnya teks Tahkim pada hari Rabu, 13 Shafar, tahun 38 Hijriah (perhitungan yang lebih mendekati kebenaran).

Jika kita membaca beberapa literasi sejarah Islam tentang sosok Ibnu Muljam, kita tidak akan menemukan banyak penjelasan tentang dirinya. Beberapa riwayat sejarah yang saya temui menjelaskan bahwa dia adalah salah satu orang Kuffah yang ahli ibadah. Bahkan, dalam sebagaian riwayat dijelaskan bahwa dia hafal al-Quran.

Penjelasan tentang Ibnu Muljam mencuat dalam berbagai literasi sejarah Islam bukan sebagai sosok yang pantas dijadikan sebagai contoh dalam mempraktikkan ajaran Islam, tapi sebagai sosok yang salah dalam memahami ajaran Islam, terutama ketika dia berani membunuh Ali bin Abi Thalib yang notabene adalah salah satu pembesar Sahabat sekaligus menantu Nabi Muhammad.

Ada banyak hal tentang motif dan kronologi pembunuhan terhadap Ali bin Abi Thalib yang dilakukan oleh Ibnu Muljam yang tidak bisa saya jelaskan di artikel ini. Anda bisa menemukan penjelasan tersebut dalam buku tentang kisah kematian Ibnu Muljam yang akan saya jelaskan di akhir pembahasan ini.

Sekarang, secara singkat, saya ingin mengatakan bahwa Ibnu Muljam bukanlah sosok yang istimewa dalam tradisi Islam. Bahkan, dia bukanlah orang penting dalam tradisi Khawarij. Dalam beberapa literasi sejarah Islam yang saya temui, selain sebagai sosok yang ahli beribadah dan hafal al-Quran, dia adalah orang yang membunuh Ali bin Abi Thalib lantaran dendam karena Khawarij hancur saat perang Nahrawan dan lantaran cintanya yang membabi-buta kepada Qatham binti al-Adlja' at-Tamimi, perempuan Kuffah-Khawarij yang sangat cantik yang mengajukan kematian Ali bin Abi Thalib sebagai maskawin pernikahannya.

Itulah penjelasan singkat tentang "Siapakah Ibnu Muljam?". Sebagai muslim, kita harus paham itu.

Riwayat Palsu Tentang Kisah Kematian Ibnu Muljam dan Analisanya

Hal penting kedua tentang kisah kematian Ibnu Muljam yang akan saya jelaskan sekarang adalah riwayat palsu tentang kisah kematian Ibnu Muljam dan analisanya. Ini adalah pembahasan utama dalam artikel ini. Jadi, saya sangat berharap Anda membaca penjelasan di bawah ini dengan sangat baik.

Ada banyak riwayat palsu tentang kisah kematian Ibnu Muljam dalam berbagai buku-buku klasik. Secara umum, penjelasannya sebagai berikut:

Setelah Ali bin Abi Thalib meninggal dunia kaum muslim membakar Ibnu Muljam sebagai hukuman Qishash atas apa yang telah dia lakukan. Tapi sebelum itu dia disiksa dengan sangat kejam.

Riwayat al-Baladzuri dalam kitab Ansabu al-Asyraf menjelaskan, bahwa Abdullah bin Jakfar memotong kedua tangan dan kedua kaki Ibnu Muljam, lalu menancapkan paku yang telah dipanaskan di kedua matanya. Setelah itu kaum muslim yang lain memenggal kepalanya.

Adapun penjelasan tentang kisah kematian Ibnu Muljam dalam kitab-kitab lain, seperti al-Bidayah wa an-Nihayah karya Ibnu Katsir, at-Tarikh karya ath-Thabari, ath-Thabaqat al-Kubra karya Ibnu Sa'ad dan lain sebagainya mempunyai kemiripan narasi meskipun ada beberapa hal yang berbeda. Anda bisa menemukan penjelasan lebih lanjut tentang itu dalam buku tentang kisah kematian Ibnu Muljam yang akan saya jelaskan di akhir pembahasan dalam artikel ini.

Tentunya, penjelasan tentang kisah kematian Ibnu Muljam yang seperti itu sangat meragukan. Alasannya adalah karena prilaku semacam itu sangat bertentangan dengan hukum Islam tentang Qishash. Seolah-olah, mereka yang menyiksa Ibnu Muljam bukanlah orang-orang yang memahami ajaran Islam tentang hukum Qishash

Itulah penjelasan singkat tentang riwayat palsu tentang kisah kematian Ibnu Muljam dan analisanya. Sebagai muslim, kita harus paham itu.

Buku Tentang Kisah Kematian Ibnu Muljam yang Harus Anda Baca

Sekarang, jika Anda ingin tahu lebih detail tentang kisah kematian Ibnu Muljam dan beberapa hal penting tentang itu, Anda bisa menemukannya dalam buku "Pembantaian Keturunan Abu Thalib dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah" karya saya sendiri. Itu adalah salah satu buku tentang kisah kematian Ibnu Muljam yang harus Anda baca.

Dalam buku tersebut dijelaskan beberapa hal penting tentang kehidupan empat orang keturunan Abu Thalib: Jakfar bin Abi Thalib, Ali bin Abi Thalib, Hasan bin Ali, dan Husein bin Ali yang sering disalah-pahami.

Harga buku tersebut adalah Rp. 110.000, belum termasuk Ongkir (ongkos kirim). Mahal?

Saya kira buku tersebut tidak terlalu mahal jika dibandingkan dengan wacana baru yang akan Anda dapatkan setelah membaca buku tersebut.

Cara Pemesanan Buku Tentang Kisah Kematian Ibnu Muljam

Jika Anda telah membaca sinopsis lengkap buku tersebut dan Anda berminat membelinya, Anda bisa menghubungi saya lewat nomor WhatsApp: 0853-3949-9110.

Anda tidak akan menemukan buku tersebut di toko buku manapun, bahkan di toko online, karena pembeliannya hanya melalui saya.

Anda tidak perlu khawatir penipuan, karena sudah banyak orang yang telah membelinya.

2 komentar

2 komentar

  • Haris
    Haris
    10 Januari 2025 pukul 21.43
    Artikel ini merupakan salah satu tulisan yang sangat informatif dalam menjelaskan kisah kematian Ibnu Muljam, tokoh kontroversial dalam sejarah Islam. Penulis berhasil menguraikan topik ini secara mendalam, dengan pendekatan analisis kritis terhadap riwayat-riwayat sejarah yang sering disalahpahami. Hal ini membuat artikel ini sangat bermanfaat bagi pembaca yang ingin memahami kisah tersebut secara lebih komprehensif.

    Salah satu keunggulan artikel ini adalah struktur penyajiannya yang sistematis. Penulis memulai dengan memperkenalkan siapa sebenarnya Ibnu Muljam, lengkap dengan latar belakangnya sebagai bagian dari Khawarij, kelompok yang terlibat dalam perpecahan besar di kalangan umat Islam setelah Perang Shiffin dan Perang Nahrawan. Informasi ini menjadi dasar penting bagi pembaca untuk memahami motif dan tindakan Ibnu Muljam, termasuk pembunuhan terhadap Ali bin Abi Thalib.

    Pembahasan mengenai riwayat-riwayat palsu terkait kematian Ibnu Muljam juga sangat menarik. Penulis dengan tegas menekankan bahwa banyak riwayat dalam literatur klasik yang diragukan keabsahannya, terutama yang menggambarkan tindakan penyiksaan yang bertentangan dengan hukum Qishash dalam Islam. Pendekatan ini menunjukkan upaya penulis untuk mengedukasi pembaca tentang pentingnya bersikap kritis terhadap sumber-sumber sejarah.

    Selain itu, artikel ini juga memberikan rekomendasi buku yang relevan untuk pendalaman lebih lanjut, yaitu buku "Pembantaian Keturunan Abu Thalib dalam Carut-Marut Riwayat Sejarah". Promosi buku ini tidak hanya relevan dengan isi artikel, tetapi juga memberikan nilai tambah bagi pembaca yang ingin mempelajari lebih jauh topik ini.

    Secara keseluruhan, artikel ini adalah bacaan yang sangat direkomendasikan bagi siapa pun yang tertarik mempelajari sejarah Islam dengan pendekatan yang kritis dan mendalam. Penulis berhasil menyampaikan informasi kompleks dengan bahasa yang mudah dipahami, sehingga artikel ini tidak hanya informatif tetapi juga edukatif.

    Sebagai pembaca, saya merasa bahwa artikel ini memberikan perspektif baru yang berharga tentang Ibnu Muljam dan peristiwa penting dalam sejarah Islam. Saya berharap penulis terus menghasilkan karya-karya serupa yang mengedukasi umat tentang sejarah Islam secara lebih objektif dan mendalam.
    • Haris
      Akhmad Syafiuddin
      10 Januari 2025 pukul 23.27
      Halo, Mas Haris!

      Terima kasih telah membaca artikel ini dan memberi komentar.

      Salam,
    Reply